Rabu, 12 November 2008

Hati-hati dengan Hatimu..

Hati itu ibarat sebuah cermin, sebuah cermin memantulkan apa yang ada dihadapannya, jika dihadapannya sebuah benda yang bagus maka ia akan memantulkan kembali kebagusan tersebut, akan tetapi jika yang dihadapan sebuah cermin adalah benda yang jelek maka pasti cermin tadi akan memantulkan sama dengan apa yang dicerminkan, 


begitupun pribadi pribadi yang baik maka akan menjadi pantulan kebaikan bagi orang orang disekitarnya, sedangkan pribadi pribadi yang buruk maka akan menjadi beban dan contoh keburukan untuk lingkungannya, lalu apa hubungannya hati ini dengan aktivitas kita ?

Setiap apa yang kita lakukan sangat berhubungan erat dengan hati, Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas, keikhlasan adalah pangkal dan akhir dari sebuah perbuatan karena betapapun kita melakukan sesuatu hingga bersimbah peluh berkuah keringat, menghabiskan tenaga dan terkuras pikiran, kalau tidak ikhlas melakukannya, tidak akan ada nilainya di hadapan Allah. 

Seperti Bertempur melawan musuh, kalau hanya ingin disebut sebagai pahlawan, ia tidak memiliki nilai apapun. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya ingin disebut sebagai dermawan, ia pun tidak akan memiliki nilai apapun. Mengumandangkan adzan setiap waktu shalat, tapi selama adzan bukan Allah yang dituju, hanya sekedar ingin memamerkan keindahan suara supaya menjadi juara adzan atau menggetarkan hati seseorang, maka itu hanya teriakan-teriakan yang tidak bernilai di hadapan Allah.

Ikhlas, terletak pada niat hati. Sungguh luar biasa sekali pentingnya niat ini, karena niat adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan harta dengan tiada arti. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.

Apakah ikhlas itu? Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Jadi ketika sedang memasukan uang ke dalam kotak infaq, maka fokus pikiran kita tidak ke kiri dan ke kanan, tapi pikiran kita terfokus bagaimana agar uang yang dinafkahkan itu diterima di sisi Allah.

Apapun yang dilakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah, itulah ikhlas. Seperti yang dikatakan Imam Ali bahwa "orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah". Seorang pembicara yang tulus tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, tapi ia akan mengupayakan setiap kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata yang disukai oleh Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bisa dipertanggungjawabkan artinya. Selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang kuasa menghujamkannya kepada setiap qalbu.

Oleh karena itu, jangan terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah sama sekali tidak membutuhkan rekayasa apapun dari manusia. Allah Mahatahu segala lintasan hati, Mahatahu segalanya! Makin bening, makin bersih, semuanya semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah yang akan menolong segalanya.

Buah apa yang didapat dari seorang hamba yang ikhlas itu? Seorang hamba yang ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena ia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yang tidak menyenangkan. Begitu pula menunggu diberi pujian, juga menjadi sesuatu yang tidak nyaman. Lebih getir lagi kalau yang kita lakukan ternyata tidak dipuji, pasti kita akan kecewa.

Tapi bagi seorang hamba yang ikhlas, ia tidak akan pernah mengharapkan apapun dari siapapun, karena kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari apa yang bisa dipersembahkan. Jadi kalau kita mengepel lantai dan di dalam hati mengharap pujian, tidak usah heran jikalau nanti yang datang justru malah cibiran.

Tidak usah heran pula kalau kita tidak ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup ini. Orang yang tidak ikhlas akan banyak tersinggung dan terkecewakan karena ia memang terlalu banyak berharap. Karenanya biasakanlah kalau sudah berbuat sesuatu, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja di sisi Allah yang pasti aman. Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat, nanti malah berkurang pahalanya.

Lalu, dimanakah letak kekuatan hamba-hamba Allah yang ikhlas? Seorang hamba yang ikhlas akan memiliki kekuatan ruhiyah yang besar. Ia seakan-akan menjadi pancaran energi yang melimpah. Keikhlasan seorang hamba Allah dapat dilihat pula dari raut muka, tutur kata, serta gerak-gerik perilakunya. Kita akan merasa aman bergaul dengan orang yang ikhlas. Kita tidak curiga akan ditipu, kita tidak curiga akan dikecoh olehnya. Dia benar-benar bening dari berbuat rekayasa. Setiap tumpahan kata-kata dan perilakunya tidak ada yang tersembunyi. Semua itu ia lakukan tanpa mengharap apapun dari orang yang dihadapinya, yang ia harapakan hanyalah memberikan yang terbaik untuk siapapun.

Sungguh akan nikmat bila bergaul dengan seorang hamba yang ikhlas. Setiap kata-katanya tidak akan bagai pisau yang akan mengiris hati. Perilakunya pun tidak akan menyudutkan dan menyempitkan diri. Tidak usah heran jikalau orang ikhlas itu punya daya gugah dan daya ubah yang begitu dahsyat.

Saudaraku, Semoga Allah memberikan kita kebaikan dan keikhlasan dalam melakukan segala sesuatu hal, dan menjadikan kita pribadi pribadi yang selalu dapat menjaga hati dan keikhlasan dan selalu dapat memperbaiki diri dan hati ketika kita terjerumus dalam perbuatan yang mengotorinya.

Wallahu'alam bishawab
Sumber : www.hudzaifah.com

Senin, 10 November 2008

1.001 kunci sukses

Kehidupan selalu berputar. Bagi orang-orang yang mampu mengikiti “perputaran”, hidupnya akan terasa lebih indah. Dijamin! Nah, agar kita bisa sukses mengikuti “perputaran”, ikutilah 1.001 kunci sukses ini

Kunci sukses yang pertama yang akan kita bahas adalah, bertindaklah! Lalu kunci suksess yang kedua, bertindaklah! kunci sukses yang ke-100, bertindaklah! Dan kunci sukses ke-1000 adalah bertindaklah! Begitu juga kunci sukses yang ke-1.001, bertindaklah!!! Tidak banyak memang, kalau kita betul-betul ingin sukses, kuncinya dari pertama sampai ke seribu satu adalah bertindaklah !

Kesuksesan akan dicapai ketika kita mau bertindak! Hasil yang akan kita peroleh, itu bukan parameter keberhasilan kita dalam bertindak! Hasil yang kita capai hanyalah satu akibat dari tindakan yang telah kiat lakukan. Jadi yang menentukan keberhasilah atau kegagalan adalah proses bukan hasil yang kita capai.

Siti Asiah r.a. yang berusaha mengajak suaminya fir’aun untuk kembali kejalan Allah, toh tidak berhasil. Sampai meninggalkan fir’aun tetapi tidak mau engakui Allah,ia terus mengikuti nafsunya sebagai Tuhan.

Kalau kita menilai sebuah kesuksesan itu dari hasil kita akan mengatakan usaha Siti Asiah itu gagal tetapi. Kita lihat sendiri Siti Asiah tidak gagal, beliau sudah bertindak menjalani proses dengan benar lalu dimana letak kegagalannya, tidak ada, Allah telah menentukan takdir lain untuk Fir’aun. Dan yang menarikjustru Rasulullah Saw. Menyebutkan bahwa tiga wania yang dikaguminya salah satunya Siti Asiah isstsri Fir’aun disamping Siti Khadijah dan Siti Fatimah.

Ingin menikah, bertidaklah menikah. Ingin bisnis, bertindaklah bisnis. Ingin merantau bertindaklah merantau. Ingin bepergian, bertindaklah pergi. Ingin apapun bertindaklah.

Oleh karena itu lakukan yang kita anggap benar. Sebab, bagaimanapun kita akan tetap di kritik oleh orang selama tidak melanggar agama, bertidaklah ! maka hidup kita akan lebih indah lagi.

Jadi kunci sukses kita adalah bertindaklah! Bertindaklah! Dan bertindaklah ! setuju?!


sumber:buku yang berjudul "Hidup untuk Hidup"

Kamis, 06 November 2008

Kisah Pohon Apel

Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.

Masa berlalu... anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. "Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu. "Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau," jawab remaja itu. "Aku mahukan permainan. Aku perlukan wang untuk membelinya," tambah remaja itu dengan nada yang sedih. Lalu pohon apel itu berkata, "Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kau inginkan." Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel di pohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih.

Masa berlalu... Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira. "Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu. "Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bolehkah kau menolongku?" Tanya anak itu. "Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya." Pohon apel itu memberikan cadangan. Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong kesemua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa. "Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu. "Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai boat. Bolehkah kau menolongku?" tanya lelaki itu. "Aku tidak mempunyai boat untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan boat. Kau akan dapat belayar dengan gembira," kata pohon apel itu.

Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudiannya pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu. Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dimamah usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu. "Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat boat. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati..." kata pohon apel itu dengan nada pilu. "Aku tidak mahu apelmu kerana aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mahu dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batang pohonmu kerana aku berupaya untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat," jawab lelaki tua itu. "Jika begitu, istirahatlah di perduku," kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.

Tersebut. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan di dalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapa kita. Bila kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita di dalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayan ibu bapa mereka. Hargailah jasa ibu bapa kepada kita. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa menyambut hari ibu dan hari bapa setiap tahun. sumber : Milis Kisah - kisah Islam